BALIKPAPAN, iNews.id – Tiga anak perempuan berusia 6, 10, dan 14 tahun ditemukan terkurung di kamar dalam kondisi memprihatinkan. Ketiga korban diduga sengaja dikurung oleh ibu kandungnya selama setahun terakhir.
Peristiwa temuan tersebut berlangsung di Perumahan Sosial, Kelurahan Batu Ampar, Balikpapan Utara, Kota Balikpapan Kamis (23/6/2022). Saat itu, Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Balikpapan di damping TNI-Polri, aparatur Pemerintah setempat dan disaksikan sejumlah warga mendatangi lokasi.
Kondisi kamar tempat mengurung ketiga anak tersebut tidak layak. Mulai dari ukuran ruangan yang sempit, hingga minimnya sirkulasi udara.
Perilaku ibu kandung mulanya terungkap melalui laporan sejumlah tetangga korban yang curiga sebab ketiga anak tersebut tak pernah terlihat beraktivitas di luar rumah.
"Dari setahun lalu anak pertamanya gak pernah turun sekolah. Di situ awal curiganya saya. Pihak sekolah juga pernah datangi saya menanyakan itu," kata Alpirawan, Ketua RT setempat, Jumat (24/6/2022).
Namun ketika Alpirawan menanyakan langsung, orangtua korban mengaku bahwa ketiga putrinya telah dipindahkan bersekolah di Jawa. Ia pun belum puas, sebab aktivitas orang tua korban semakin hari kian tertutup di lingkungan tempat tinggalnya.
Karena tak tahan terus menerus memendam kecurigaan, Alpirawan pun memberanikan diri melapor ke kelurahan.
"Rupanya selain saya, sudah ada juga warga lain yang melaporkan begitu," ucapnya.
Menurut penuturan Alpirawan, ketiga korban mulanya ditemukan dalam posisi tertelungkup dengan badan yang gemetar di atas tempat tidur. Wajah ketiga anak perempuan itu pucat.
“Wajahnya pucat semua, mungkin karena gak pernah kena sinar matahari," tukasnya.
Sementara itu, Kepala UPTD PPA Balikpapan Esti Santi Pratiwi menerangkan, kedua orang tua korban sedang menghadapi masalah rumah tangga hingga pisah ranjang beberapa waktu ini. Sang ayah sehari-harinya bekerja di toko bangunan, sementara ibunya bekerja di laundry.
Ketiga anak itu, kata Esti terkurung dalam kamar yang terkunci dengan beberapa gembok di bagian luar.
Esti mengaku sebelumnya telah mendapat beberapa laporan warga mengenai hal tersebut. Namun, Ia memilih waktu yang tepat untuk mengungkap perilaku orang tua korban.
“Soalnya jendela selalu ditutup kain gelap, di belakang (rumah) juga tertutup, jadi tidak ada space untuk mengetahui kondisi si anak. Sementara orang tuanya sulit ditemui. Nah, kebetulan pas kemarin, pak RT menghubungi pemilik rumah, karena mereka menyewa di situ, jadi kita bisa masuk,” jelasnya.
Saat petugas gabungan beserta sejumlah warga berhasil masuk ke dalam, ketiga anak tersebut langsung menangis histeris. UPTD PPA segera membawa ketiganya ke rumah aman untuk menjalani pemeriksaan kesehatan dan psikologis.
“Hak tumbuh kembang, hak bermain, hak beraktivitas dan hak sekolah ketiga anak ini tidak terpenuhi. Makanya mereka kami bawa dan disaksikan oleh bapak kandungnya,” urainya.
Sehari berselang, sang ibu baru mendatangi UPTD PPA dengan maksud menjemput kembali anaknya. Namun, Esti menolak permintaan tersebut.
Dikatakan pula, si ibu sempat membantah bahwa kondisi ketiga anaknya yang pucat dengan berdalih kulit mereka memang putih.
“Nah putih itu beda dengan pucat karena tidak kena sinar matahari. Kalau anak pertama dan ke dua lebih banyak diam, kalau yang kecil itu nangis. Jadi kita lakukan pendampingan dulu,” sambungnya.
Sampai dengan saat ini Esti belum dapat memastikan kapan para korban diserahkan kembali kepada orang tuanya. Ia pun masih khawatir kejadian serupa akan terulang ke depannya.
“Pasti akan kami kembalikan, cuma tidak ke ibunya. Kami akan cari keluarganya yang mau bertanggungjawab. Nanti kami panggil, bikin surat pernyataan dan jangan sampai hal ini terulang lagi,” tutupnya.
Editor : Mukmin Azis