BALIKPAPAN, iNewsBalikpapan.id - Kalimantan, pulau yang terkenal dengan kekayaan alamnya namun juga menyimpan banyak misteri yang menarik untuk ditelusuri. Salah satu yang paling melegenda adalah Tangkalaluk, ular raksasa yang ditakuti dan dihormati oleh suku Dayak di pedalaman.
Sang Raja Piton, begitulah Tangkalaluk dikenal. Ular ini sebenarnya adalah Reticulated Python, spesies ular piton terbesar di dunia.
Namun, bagi masyarakat Dayak, Tangkalaluk bukan sekadar ular biasa. Ia diyakini sebagai makhluk jadi-jadian atau ular siluman yang memiliki kekuatan luar biasa.
Keberadaan Tangkalaluk masih menjadi misteri. Banyak cerita dan legenda tentangnya yang beredar, namun belum ada bukti ilmiah yang dapat memastikan keberadaannya.
Mengutip laman Live Science, ukurannya yang luar biasa menjadi salah satu ciri khas Tangkalaluk. Konon, ular ini dapat tumbuh hingga puluhan meter panjangnya dan memiliki diameter tubuh sebesar pohon kelapa.
Kekuatannya yang luar biasa juga menjadi bagian dari legenda Tangkalaluk. Dikatakan bahwa ular ini mampu menelan mangsa yang jauh lebih besar dari dirinya, seperti rusa, babi hutan, bahkan manusia.
Habitat tangkalaluk dipercaya hidup di hutan-hutan terdalam Kalimantan, jauh dari jangkauan manusia. Ia sering dijumpai di dekat aliran sungai dan danau.
Meskipun keberadaan Tangkalaluk masih misteri, namun Reticulated Python adalah spesies ular yang nyata. Ular ini memang memiliki ukuran yang besar, dengan panjang rata-rata mencapai 7 meter dan berat mencapai 158 kilogram.
Predator yang handal
Reticulated Python adalah predator yang sangat efektif. Ia menggunakan kekuatan lilitannya untuk membunuh mangsanya. Ular ini juga mampu menelan mangsa yang jauh lebih besar dari dirinya.
Hingga saat ini, keberadaan Tangkalaluk masih menjadi misteri yang belum terpecahkan. Apakah ular raksasa ini benar-benar ada? Ataukah hanya legenda yang diwariskan turun temurun?
Misteri Tangkalaluk adalah salah satu kekayaan budaya dan tradisi Kalimantan. Cerita tentangnya akan terus hidup dan menjadi bagian dari identitas masyarakat Dayak.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta