JAKARTA, iNews.id - Saat ini ganja medis masih jadi polemik dan perdebatan. Pemerintah masih belum memberikan izin penggunaan ganja medis.
Para artis dan sejumlah tokoh pun membicarakan ganja medis. Namun hal yang masih jadi pertanyaan, apakah ganja medis aman?
Prof Zubairi Djoerban yang merupakan Tim Ahli Ikatan Dokter Indonesia yang akrab disapa Prof Beri menjelaskan, pada dasarnya beberapa negara melegalkan penggunaan ganja medis untuk menangani beberapa penyakit.
"Merupakan fakta bahwa ganja medis itu legal di sejumlah negara, bahkan untuk non-medis," katanya di unggahan Twitter.
Meski mendapat status legal untuk medis di beberapa negara, ganja tidak sepenuhnya aman. Diterangkan Prof Beri, jika penggunaan tidak ketat, ganja medis bisa menyebabkan konsekuensi kurang baik bagi penggunanya.
"Jika penggunaan ganja medis tidak ketat, bisa terjadi penyalahgunaan yang menyebabkan konsekuensi kesehatan bagi penggunanya," terangnya.
Prof Beri menjelaskan bahwa sudah banyak studi yang menunjukkan ganja medis memang bisa menjadi obat. Tapi, masih banyak juga yang belum diketahui tentang tanaman ini dan bagaimana ganja berinteraksi dengan obat lain serta tubuh manusia.
Di Amerika Serikat, kata Prof Beri, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) menyetujui satu obat ganja nabati (Epidiolex) yang mengandung cannabidiol murni (CBD) dari tanaman ganja.
Selain itu, obat ganja lainnya yang sudah tersedia dan disetujui FDA adalah dua obat sintetis tetrahydrocannabinol (THC). Obat-obatan ini, kat digunakan untuk mengobati mual pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi (anti-muntah) dan untuk meningkatkan nafsu makan pada pasien HIV/AIDS.
Menjadi pertanyaan sekarang, apakah obat ganja lebih baik dari obat lainnya?
Prof Beri menegaskan bahwa belum ada bukti obat ganja lebih baik, termasuk untuk nyeri kanker dan epilepsi.
"Namun, ganja medis bisa menjadi pilihan atau alternatif, tapi bukan yang terbaik. Sebab, belum ada juga penyakit yang obat primernya adalah ganja," ungkapnya.
Editor : Mukmin Azis
Artikel Terkait