Terpisah Hiswana Migas Balikpapan juga berharap Sosialisasi dan edukasi perlu digalakkan untuk meminimalisasi penggunaan gas elpiji 3 Kg bagi masyarakat mampu.
Ketua Hiswana Migas Balikpapan Christopel mengatakan segala upaya sudah dilakukan semua pihak terkait, termasuk memberi sanksi ke agen dan pangkalan. Dilanjutkan dengan operasi pasar sudah dilakukan semua.
"Mungkin kita harus lebih giat lagi mengedukasi dan bersosialisasi kepada masyarakat. Jadi batasan, karena selama ini mungkin ada masyarakat yang tidak mengetahui karena keterbatasan informasi dan sebagainya. Mungkin akan lebih baik lagi kalau lebih gencar lagi sosialisasinya. Contohnya misalkan kita pasang iklan gas elpiji 3 Kg hanya untuk masyarakat miskin. Pasang baliho," katanya.
Dia menilai sosialisasi dan edukasi masih kurang masif. "Kurang intens, kemarin dari operasi pasar masih banyak orang yang tidak tahu, bermobil datang ke pasar. Kita kasih edukasi di tempat. Akhirnya mereka yang sadar langsung beli Bright gas. Kalau masih belum menerima, mereka langsung keluar saja. Jadi kalau menurut kami edukasi sosialisasi itu sangat penting. Sosialisasi ini harus menimbulkan rasa malu," tandasnya.
Menurut Christopel sebaiknya warga mampu menggunakan gas 5 Kg atau 12 Kg sama saja. Karena toh mereka belum pernah merasakan bagaimana bagusnya dari sisi tabung, sisi safety dan kuantitinya yang terjaga. Jadi lebih hemat menurutnya, namun kebanyakan masyarakat melihat harga di depan.
Selain itu, Christopel juga melihat bahwa banyak pelaku usaha bertitel UMKM yang sebenarnya sudah bukan mikro lagi. Misalnya ada usaha bakso yang penghasilnya mungkin sudah lebih Rp 1 juta setiap hari.
"Maksudnya kita untuk mengklasifikasi UMKM yang layak dan yang tidak menggunakan gas 3 Kg. Itu perlu effort dan kesadaran juga dari masyarakat. Sebenarnya kita harus sama-sama bergerak. Tidak bisa hanya dari Pertamina, dari Pemkot, dari Hiswana, harus sama-sama kita jalan. Masyarakat juga paham," tuturnya.
Christopel mengatakan bahwa Hiswana di lapangan memberi penindakan, sosialisasi dan edukasi. Termasuk memberi pengertian kepada UMKM dengan menyampaikan bahwa penghasilan pengusaha sudah lebih dari Rp 1 juta seharusnya tidak memakai gas 3 Kg lagi.
"Kalau kita tidak tepat memberikan gas ini kepada masyarakat dan mengklasifikasi UMKM, kejadian ini akan terulang lagi. Karena tidak ada kesadaran dari masyarakat. Itu paling susah membentuk brand bahwa 3 Kg ini hanya untuk rakyat miskin dan membuat rasa malu membeli 3 Kg padahal kita ini mampu," imbuhnya.
Editor : Mukmin Azis
Artikel Terkait