Menurut Kukuh, waterspout umumnya terjadi saat masa peralihan musim, seperti yang saat ini sedang berlangsung. Pusaran ini bermula dari terbentuknya awan Cumulonimbus (Cb), awan raksasa yang kerap menjadi tanda cuaca ekstrem.
“Pusaran inilah yang kemudian menjulur ke bawah dan membentuk seperti corong. Kalau corong itu menyentuh permukaan laut, maka terjadilah waterspout,” terangnya.
Awan Cumulonimbus terbentuk akibat pemanasan intens di pagi hari yang mempercepat penguapan air laut. Proses ini memicu pembentukan awan tinggi dan aktif yang bisa membawa dampak serius bagi wilayah pesisir.
“Radiasi matahari yang tinggi di pagi hari mempercepat proses penguapan di permukaan laut. Hal ini menyebabkan tumbuhnya awan Cumulonimbus yang sangat aktif,” tambahnya.
BMKG pun mengeluarkan imbauan tegas. Masyarakat yang tinggal di pesisir, terutama nelayan dan pelaku pelayaran di wilayah perairan Balikpapan, diminta meningkatkan kewaspadaan. Waterspout bukan hanya fenomena visual semata kehadirannya bisa membawa dampak seperti hujan lebat, angin kencang, dan petir yang berbahaya bagi aktivitas di laut.
Editor : Mukmin Azis
Artikel Terkait