Shin Tae-yong Dinilai Solusi Efisien dan Berpengalaman
Menurut Andre, keputusan untuk memulangkan Shin bukan hanya berdasarkan faktor teknis, tetapi juga pertimbangan efisiensi anggaran di tubuh federasi. Ia menjelaskan bahwa dengan kembalinya Erick Thohir menjabat sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), PSSI kini tidak lagi menerima dana APBN karena potensi benturan kepentingan.
“Setelah Pak Erick jadi Menpora, PSSI tak lagi mendapat dana APBN karena benturan kepentingan. Maka solusinya adalah efisiensi. Dengan Shin Tae-yong, kita tidak perlu bayar sign-in fee besar,” ujar Andre.
Selain efisiensi, Andre juga menyarankan agar kontrak Shin disusun berdasarkan indikator kinerja yang jelas dan terukur.
“Kontraknya bisa disusun dengan KPI yang jelas: wajib juara AFF 2026, wajib masuk empat besar Piala Asia, dan wajib membawa Indonesia lolos ke Piala Dunia 2030. Kalau tidak, kontrak bisa dihentikan,” tambahnya.
Andre menyebut skema kontrak berbasis kinerja tersebut adil bagi kedua belah pihak. Menurutnya, langkah itu sekaligus menjawab aspirasi publik yang menginginkan kejelasan arah pembangunan sepak bola nasional di bawah satu visi kepelatihan yang kuat.
“Itu kontrak yang fair dan terukur. Saya tidak mengurus PSSI, tapi saya menyuarakannya supaya aspirasi publik terdengar,” tegas Andre.
Peringatan untuk PSSI: Beri Kepercayaan Penuh kepada Pelatih
Andre juga mengingatkan PSSI agar tidak mengulang kesalahan dalam pengelolaan tim nasional. Menurutnya, pelatih kepala harus diberi otoritas penuh tanpa adanya intervensi dari pihak luar.
“Ke depan, kalau memang percaya pada manajer timnas, percayakan penuh. Jangan ada ‘manajer dalam manajer’. Biarkan satu orang memimpin dengan jelas,” kata pria berusia 46 tahun itu.
Editor : Mukmin Azis
Artikel Terkait
