SEOUL, iNewsBalikpapan.id - Kementerian Pertahanan (Kemhan) Korea Utara (Korut) mengecam keras kehadiran kapal selam nuklir Amerika Serikat (AS) di dekat Semenanjung Korea. Situasi tersebut hanya membuat perang nuklir semakin menjadi kenyataan.
Kapal selam bertenaga nuklir AS yang dilengkapi rudal jelajah hipersonik tiba di pelabuhan Busan, Korea Selatan (Korsel), pada Juni.
Seorang juru bicara Kemhan Korut mengatakan, upaya AS untuk membawa aset nuklir strategisnya ke Semenanjung Korea merupakan pemerasan secara terang-terangan terhadap Korut dan negara lain di kawasan. Kapal tersebut juga menjadi ancaman besar bagi perdamaian.
"Terserah apa tindakan AS di masa depan, apakah situasi ekstrem yang tidak diinginkan siapa pun akan terjadi di wilayah Semenanjung Korea, dan Amerika Serikat akan bertanggung jawab penuh jika situasi tak terduga itu terjadi," kata juru bicara yang tak disebutkan identitasnya itu, seperti dilaporkan kantor berita KCNA, Senin (10/7/2023).
Dia juga menyinggung insiden pesawat pengintai AS belum lama ini. Pesawat itu dituduh telah melanggar wilayah udara Korut di dekat pantai timur.
"Tidak ada jaminan insiden mengejutkan di mana pesawat pengintai strategis Angkatan Udara (AU) AS ditembak jatuh di Laut Timur tidak akan terjadi," katanya, mengancam, seperti dilaporkan kembali Reuters.
Para pemimpin Korsel dan AS pada April lalu menyepakati pengiriman kapal selam nuklir Angkatan Laut (AL) AS. Kehadiran kapal selam nuklir AS itu merupakan yang pertama sejak 1980-an. Pengerahan kapal selam itu merupakan bagian dari upaya meningkatkan kehadiran aset strategis AS di Semenanjung Korea sebagai respons atas ancaman dan uji coba senjata oleh Korut. Tujuannya untuk membela sekutu AS, Korsel, sebagaimana disepakati kedua presiden.
Bukan hanya itu, pesawat pengebom strategis B-52 AS turut ambil bagian dalam latihan perang udara gabungan dengan Korsel. Latihan itu digelar sebagai unjuk kekuatan kedua negara setelah Korut gagal meluncurkan satelit mata-mata pada 31 Mei lalu.
Editor : Mukmin Azis