NEW YORK, iNewsBalikpapan.id - Elon Musk kembali menjadi orang terkaya kedua di dunia setelah mengungguli pendiri Amazon, Jeff Bezos yang sebelumnya menempati posisi tersebut. Hal ini disebabkan kekayaan Musk yang meningkat signifikan berkat saham Tesla.
Kekayaan Musk bertambah 10 miliar dolar AS atau setara Rp 162,09 triliun sehingga total kekayaannya menjadi 202 miliar dolar AS atau setara Rp3.274 triliun, menurut data daftar miliarder Forbes.
Sebelumnya, Bezos mengambil alih posisi orang terkaya kedua di dunia setelah menjual 50 juta saham Amazon senilai sekitar 8,4 miliar dolar AS. Penjualan saham Amazon merupakan yang pertama kali dilakukannya sejak 2021.
Namun, baik Musk dan Bezos masih berada di belakang Ketua LVMH, Bernard Arnault. Menurut data Forbes, kekayaan Arnault dan keluarga sebesar 209,6 miliar dolar AS setelah mengalami kerugian hampir 4 miliar dolar AS.
Lonjakan kekayaan Musk berasal dari investasinya di Tesla, yang dia pimpin sebagai CEO sejak 2008. Saat ini, dia memiliki sekitar 20,5 persen saham Tesla dan memimpin enam perusahaan lainnya.
Saham Tesla naik lebih dari 12 persen pada perdagangan awal pekan setelah Musk melakukan kunjungan mendadak ke China untuk bertemu dengan Perdana Menteri Li Qiang. Kenaikan ini membalikkan kerugian selama hampir dua bulan yang disebabkan buruknya penjualan mobil listrik, PHK massal, pengunduran diri eksekutif, serta berkurangnya pendapatan.
Pihak berwenang China untuk sementara menyetujui rencana Tesla untuk sepenuhnya meluncurkan teknologi Full Self-Driving di negara tersebut. Tesla akan menerapkan FSD menggunakan layanan navigasi dan pemetaan Baidu, sekaligus membangun kemitraan yang telah ada sejak tahun 2020. Asosiasi Produsen Mobil China yang didukung pemerintah mengatakan bahwa Tesla Model 3 dan Model Y mematuhi persyaratan keamanan data China.
Selain itu, Musk juga sedang mencari persetujuan untuk mentransfer data yang dikumpulkan di China ke luar negeri guna melatih algoritmanya untuk kendaraan tanpa pengemudi.
Adapun, sejak tahun 2021, Tesla telah menyimpan semua data yang dikumpulkan oleh armada kendaraan listrik China di negara tersebut, seperti yang diwajibkan oleh regulator setempat.
“Jika Musk dapat memperoleh persetujuan dari Beijing untuk mentransfer data yang dikumpulkan di China ke luar negeri, hal ini akan menjadi 'pengubah permainan' dalam percepatan pelatihan algoritma untuk teknologi otonomnya secara global,” kata Analis Wedbush Dan Ives dalam sebuah catatan.
Editor : Mukmin Azis