get app
inews
Aa Read Next : Dirut PLN Inspeksi SPKLU Jalur Mudik, Pastikan 1.299 Unit Se-Indonesia Siaga Layani Mobil Listrik

Elon Musk Ancam Batalkan Kesepakatan Akuisisi Twitter, Ini Alasannya

Selasa, 07 Juni 2022 | 08:40 WIB
header img
Elon Musk (Foto/ist)

NEW YORK, iNews.id - Elon Musk memperingatkan Twitter Inc kemungkinan akan membatalkan kesepakatan untuk mengakuisisi perusahaan media sosial senilai 44 miliar dolar AS. Elon Musk beralasan jika perusahaan gagal memberikan data tentang akun spam dan palsu.

Mengutip Reuters, Selasa (7/6/2022), ini bukan pertama kalinya Musk secara terbuka menyebut akuisisi Twitter mungkin tidak terjadi. Namun, peringatan yang disampaikan dalam surat dari pengacara Musk kepada Chief Legal Officer Twitter, Vijaya Gadde menandai eskalasi. Ancaman Musk untuk membatalkan kesepakatan itu bertepatan dengan jatuhnya banyak saham teknologi, termasuk pembuat mobil listrik yang dipimpinnya, Tesla Inc, di tengah kekhawatiran atas perlambatan ekonomi dan suku bunga yang lebih tinggi dalam menghadapi inflasi yang meningkat.

Saham Twitter berakhir turun 1,5 persen di 39,57 dolar AS pada hari Senin waktu setempat. Nilai ini turun signifikan dari harga kesepakatan akuisisi Twitter oleh Musk senilai 52,20 dolar AS. Dalam surat ke Twitter, pengacara Musk mengulangi permintaannya untuk perincian tentang akun bot dan mengatakan bahwa kliennya memiliki semua hak untuk menghentikan akuisisi karena perusahaan tersebut melakukan pelanggaran material yang jelas terhadap kewajibannya dengan tidak memberikan informasi kepada Musk.

Twitter menanggapi bahwa pihaknya berencana untuk menegakkan penyelesaian kesepakatan dengan persyaratan yang disepakati. "Twitter telah dan akan terus bekerja sama berbagi informasi dengan Musk untuk menyelesaikan transaksi sesuai dengan ketentuan perjanjian merger," tulis keterangan Twitter dalam sebuah pernyataan. Peneliti independen telah memproyeksikan bahwa 9 persen hingga 15 persen dari jutaan profil Twitter mungkin adalah bot.

Dalam suratnya, Musk mengatakan dia membutuhkan data untuk melakukan analisisnya sendiri terhadap pengguna Twitter karena dia tidak percaya pada metodologi pengujian yang longgar dari perusahaan. Twitter telah mengatakan bahwa mereka mendukung proyeksinya dan tidak dapat memberikan informasi kepemilikan tentang cara memproduksinya.

"Dia mencoba untuk menjauh dari kesepakatan Twitter, ini adalah kesempatan pertama," ucap analis Wedbush, Dan Ives.

Editor : Mukmin Azis

Follow Berita iNews Balikpapan di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut