Ediwarno mengaku sudah berobat ke berbagai tempat demi bisa melihat keindahan dunia lagi. Tak hanya secara medis di rumah sakit, tapi juga pengobatan alternatif.
Tak kurang ada lima RS yang sudah dia kunjungi, mulai dari Cilacap, Purwokerto hingga ke Yogyakarta. Namun semuanya masih nihil.
Demikian pula, keluarganya juga beberapa kali membawa ke sejumlah ahli kesehatan alaternatif. Namun lagi-lagi upaya pengobatan itu belum berhasil. Menurut penjelasan dokter, kata dia, gangguan di matanya diakibatkan adanya gumpalan darah di syaraf kepala yang akhirnya memengaruhi kerja mata.
“Bahkan saya akhirnya memilih pensiun dini karena harus berobat dan juga sudah tidak bisa melihat,” kata Ediwarno.
Di tengah ujian berat hidupnya itu, dia bersyukur karena akhirnya tahun ini bisa berangkat haji. Baginya, ibadah rukun Islam kelima ini begitu ditunggu-tunggu. Untuk berhaji ini, dia sudah lama menabung sejak masih jadi PNS dengan kondisi matanya yang masih normal.
Ayah dua anak ini mengaku telah bekerja cukup lama di lingkungan Pemkab Cilacap, sehingga berbagai kantor dinas telah dirasakan. Uang gaji bulanan ditambah pendapatan sang istri dia sisihkan sedikit demi sedikit hingga akhirnya bisa mendaftar haji pada 2012 lalu.
Sesuai nomor porsi, Ediwarno dan istri mestinya bisa berangkat ke Tanah Suci pada 2020 lalu. Namun lantaran munculnya wabah Covid-19 dan tidak dibukanya pintu haji, maka impian besarnya itu baru terwujud sekarang. Dia tergabung dalam kloter 27 dari Embarkasi Solo (SOC).
“Alhamdulillah. Saya senang dan lega karena bisa berhaji,” kata Ediwarno usai berwudlu dengan dikucuri air botol oleh istrinya yang tampak sangat sabar.
Editor : Mukmin Azis
Artikel Terkait