SINGAPURA, iNewsBalikpapan.id - Kasus bunuh diri di Singapura sepanjang 2022 merupakan yang tertinggi sejak 22 tahun. Pada tahun tersebut, 476 orang mengakhiri hidup, naik hampir 26 persen dibandingkan pada 2021.
Laporan tahunan lembaga non-pemerintah yang bergerak di bidang pencegahan bunuh diri, Samaritans of Singapore (SOS), mengungkap kasus bunuh diri terbanyak berada di rentang usia 10 sampai 29 tahun serta 70-79 tahun.
"Kematian bunuh diri tertinggi yang tercatat sejak tahun 2000, naik dari 378 pada tahun sebelumnya," bunyi keterangan SOS, seperti dikutip daria AFP, Sabtu (1/7/2023).
CEO SOS Gasper Tan mengatakan, bunuh diri merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kesehatan mental, tekanan sosial, dan ketidakpastian ekonomi.
"Kami menyadari urgensi situasi ini dan berkomitmen untuk terus mengambil langkah proaktif guna mengatasi meningkatnya angka bunuh diri serta memberikan dukungan kepada mereka yang membutuhkan," katanya.
Bunuh diri menjadi penyebab kematian tertinggi kalangan muda Singapura berusia 10 sampai 29 tahun selama 4 tahun berturut-turut. Sebanyak 33,6 persen dari total kematian pada kelompok usia tersebut adalah bunuh diri. Jika dijabarkan, 125 orang dari kelompok usia tersebut bunuh diri sepanjang 2022, naik 11,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat 112 kasus.
Sementara kasus bunuh diri orang kalangan berusia 70-79 tahun pada 2022 berjumlah 48 orang atau naik 60 persen dibandingkan pada 2021.
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkap, secara global, bunuh diri merupakan penyebab kematian keempat di kalangan usia 15 sampai 29 tahun. Lebih dari 700.000 orang di seluruh dunia meninggal karena bunuh diri setiap tahun.
Psikiater sekaligus konsultan kesehatan mental Jared Ng mengatakan, tingginya angka bunuh diri sampai level yang belum pernah terjadi sebelumnya di Singapura sangat memilukan.
"Peningkatan ini memberikan gambaran tentang tekanan mental tak terlihat yang merasuki masyarakat kita, terutama di kalangan kaum muda dan orang tua. Sangat penting bagi kita untuk tetap waspada terhadap masalah mendesak yang terus berdampak besar pada kesehatan mental, seperti isolasi sosial dan kesepian," ujarnya.
Editor : Mukmin Azis
Artikel Terkait