JENEWA,iNewsBalikpapan.id - Badan Pengawas PBB, melalui IAEA, menyatakan bahwa Iran saat ini hampir memiliki kemampuan untuk memproduksi senjata nuklir.
Direktur Jenderal IAEA, Rafael Grossi, dalam pernyataannya, menjelaskan bahwa meskipun Iran masih perlu menempuh jalan panjang untuk mencapai kemampuan tersebut, program nuklir yang sedang mereka jalankan menunjukkan kemajuan yang signifikan.
Grossi juga menekankan pentingnya pengawasan terhadap program nuklir tersebut agar masyarakat internasional dapat mempercayai bahwa tujuan Iran adalah damai. Penelitian dan pengawasan yang ketat sangat diperlukan untuk mendeteksi potensi pengembangan senjata nuklir di Iran. Pernyataan ini menambah tekanan terhadap Teheran di tengah kekhawatiran internasional mengenai niatan mereka terhadap senjata nuklir.
"Meskipun Iran memiliki cukup bahan untuk memproduksi, tidak hanya satu tetapi beberapa bom, Iran belum memiliki senjata nuklir. Tapi harus diakui, senjata nuklir tersebut tidak lama lagi," kata Grossi, kepada surat kabar Prancis, Le Monde, dikutip Kamis (17/4/2025).
Oleh karena itu, lanjut Grossi, IAEA, selaku pengawas nuklir PBB, tidak boleh dikecualikan dari perundingan nuklir apa pun dengan Iran, termasuk yang saat ini sedang berlangsung. AS diwakili utusan khusus Trump Steve Witkoff, sementara Iran oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Abbas Araghchi.
"Setiap perjanjian mengenai Iran hanyalah selembar kertas (tanpa persetujuan IAEA)," kata Grossi, menegaskan perundingan itu akan sia-sia.
Dia menambahkan meski tidak menjadi bagian dari perundingan tersebut, IAEA tidak akan mengacuhkannya. IAEA mengetahui persis apa yang terjadi di dalam fasilitas nuklir Iran sehingga berhak menyampaikan pandangannya.
Menurut Grossi, IEAE tetap memberikan pandangannya melalui pertukaran informasi secara informal dengan kedua pihak.
"Mereka tahu betul kami harus menyampaikan pendapat tentang setiap kesepakatan potensial, karena kamilah yang akan memverifikasinya. Oleh karena itu, kami telah memulai pertukaran informal dengan mereka," ujarnya.
Selain itu IAEA juga akan berperan setelah perundingan Iran dengan AS mencapai hasil. Pihaknya akan diminta untuk memberikan pendapat tentang prosedur serta sejauh mana pemeriksaan dan pengawasan nuklir Iran akan dilaksanakan.
Menurut dia, dalam perundingan kali ini AS ingin membuat kesepakatan yang lebih sederhana dengan Iran, mengenyampingkan poin-poin yang terkandung dalam JCPOA.
Dari situ dia memahami mengapa Eropa, termasuk pihak yang ikut meneken JCPOA pada 2015, dikecualikan dalam perundingan kali ini. Selain itu China dan Rusia juga dikecualikan meski ikut meneken JCPOA. AS sebelumnya menegaskan bahwa perundingan nuklir dengan Iran akan digelar secara langsung tanpa melibatkan pihak lain.
"Peristiwa internasional telah mengubah peran berbagai negara dan kemampuan mereka untuk memengaruhi proses yang sedang berlangsung terkait isu nuklir Iran. Tujuan utamanya adalah perdamaian, menghindari perang dan mencegah munculnya senjata nuklir di Iran," kata Grossi.
Editor : Mukmin Azis
Artikel Terkait