JAKARTA, iNewsBalikpapan.id – Harga minyak dunia mengalami lonjakan signifikan akibat meningkatnya eskalasi konflik antara Israel dan Iran. Minyak mentah jenis Brent tercatat naik lebih dari 5 persen, sementara minyak berjangka sempat melonjak lebih dari 13 persen, menyentuh level tertinggi sejak Januari 2025.
Kenaikan tajam ini dipicu oleh penutupan sementara Selat Hormuz, jalur pelayaran vital yang menghubungkan Teluk Arab dan Teluk Oman. Selat tersebut diketahui menjadi jalur utama bagi sekitar 20 persen pasokan minyak global.
Penutupan Selat Hormuz menjadi kekhawatiran utama bagi pasar energi dunia. Ketidakpastian atas jalur pasokan menyebabkan spekulasi harga yang tinggi. Banyak analis memperkirakan harga minyak masih bisa terus naik apabila ketegangan militer tidak segera mereda.
“Kenaikan harga energi yang berkelanjutan dapat berdampak buruk pada inflasi, membalikkan tren penurunan harga konsumen di AS selama beberapa bulan terakhir,” ungkap peneliti komoditas dari JPMorgan Chase dalam catatan resmi yang dirilis usai laporan pemogokan.
Konflik Semakin Panas
Ketegangan memuncak setelah Israel melancarkan serangan militer ke wilayah Iran pada Jumat (13/6) dini hari waktu setempat. Beberapa ledakan dilaporkan terdengar di kawasan Ibu Kota Teheran, memicu kekhawatiran global akan dampak geopolitik yang lebih luas, termasuk pada pasar keuangan dan energi.
Kondisi ini dapat memicu tekanan inflasi di banyak negara, khususnya Amerika Serikat, yang saat ini sedang berupaya menekan angka inflasi melalui kebijakan moneter ketat. Kenaikan harga minyak berisiko mengganggu stabilitas harga barang dan jasa secara global.
Editor : Mukmin Azis
Artikel Terkait