get app
inews
Aa Read Next : Jemaah Masjid di Balikpapan Meninggal usai Sholat Jumat

Profil Mbah Benu Imam Masjid Aolia Gunungkidul Telepon Tuhan Tentukan 1 Syawal

Sabtu, 06 April 2024 | 11:57 WIB
header img
Imam Masjid Aolia KH Raden Ibnu Hajar Sholeh Pranolo atau lebih akrab dipanggil Mbah Benu

JAKARTA, iNewsBalikpapan.id - Sosok KH Raden Ibnu Hajar Shaleh Pranolo atau akrab dipanggil Mbah Benu menyita perhatian publik. Dia viral di media sosial dengan pernyataannya 'menelepon Allah SWT' untuk menentukan 1 Syawal 1445 H yang menjadi pertanda Hari Raya Idul Fitri 2024.

Pengikutnya yang merupakan jemaah Aolia di Gunungkidul, DIY telah merayakan Lebaran 2024 pada Jumat (5/4/2024). Mereka sudah menggelar Salat Idul Fitri atau lebih awal 5 hari dari umat Islam lainnya.

Setelah pernyataannya viral, dia mengklarifikasi maksud 'menelepon' Tuhan dalam menentukan kapan tepatnya 1 Syawal yang merupakan istilah jalan spiritual.

"Jadi terkait pernyataan saya tadi pagi tentang istilah menelepon Gusti Allah SWT, itu sebenarnya hanya istilah. Yang sebenarnya adalah perjalanan spiritual saya, kontak batin dengan Allah SWT," ujar Mbah Benu dikutip dari akun @merapi_uncover, Sabtu (6/4/2024).

Lalu siapakan Mbah Benu, tokoh yang menjadi Mursyid atau guru jemaah Aolia?

Sosok Mbah Benu

Informasi yang dirangkum iNews dari berbagai sumber menyebutkan, Mbah Benu lahir di Pekalongan pada Sabtu Pon 28 Desember 1942. Dia besar di Solotiang, Maron, Purworejo.

Sempat berkuliah di Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta, Mbah Benu kemudian menetap di Giriharjo, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul sejak 27 Juli 1972. Ayahnya sekaligus merupakan guru ngajinya yakni KH Sholeh bin KH Abdul Ghani bin Kiai Yunus.

Mbah Benu merupakan keturunan berdarah biru dari Purworejo. Dia kiai independen yang tidak melibatkan diri dalam partai politik.

Adapun kata Pranolo 1 pada akhir namanya dinisbatkan pada kakek-kakeknya yaitu Raden Gagak Pranolo III, Raden Gagak Pranolo II dan Raden Gagak Pranolo I yang dimakamkan di Makam Gede daerah Cangkrep Purworejo.

Mbah Benu mendapatkan pengajaran mengaji dari ayahnya ketika masih tinggal di Purworejo. Ayahnya merupakan lulusan berbagai pesantren besar di Jawa dan Madura seperti Krapyak, Termas, Lirboyo, Madura. Bahkan merupakan salah satu murid Mbah Kholil Bangkalan, Madura.

Mbah Benu keluar dari UGM meski selangkah lagi mendapatkan gelar dokter. Alasannya dia tidak mau memakan uang orang sakit, orang menderita dan orang meninggal, selain itu menganggap ilmu kedokteran merupakan ilmu yang dapat menimbulkan kemusyrikan.

Namun demikian ilmu kedokteran sudah dikuasainya, seperti suntik, diagnosis, terapi, sampai operasi kecil-kecilan hingga kemampuan spiritual.

Editor : Mukmin Azis

Follow Berita iNews Balikpapan di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut