get app
inews
Aa Text
Read Next : Hasil Mandiri Challenge Series 2025: Timnas Indonesia U-20 Bantai India 4-0

Belajarlah Dari Nauru, Negara di Pasifik yang Dulunya Kaya Raya Kini Jatuh Miskin

Sabtu, 15 Oktober 2022 | 17:35 WIB
header img
Kondisi lahan di Nauru, negara yang dulunya kaya kini jatuh miskin. (Reuters)

JAKARTA, iNews.idNauru merupakan negara yang terletak di wilayah Pasifik. Nauru sempat tercatat sebagai negara terkaya secara global. Namun kini negara berpenduduk sekitar 10.000 jiwa itu jatuh miskin.

Nauru menjadi negara terkaya sebelum era 1980 yang terhitung melalui pendapatan per kapita warganya. Cikal bakal kemakmuran negara tersebut dimulai dari penemuan cadangan fosfat dalam jumlah besar di penjuru wilayahnya pada akhir abad ke-19.

Benjolan seluas 4 km di bawah laut Nauru menunjukan bahwa negara itu kaya akan kandungan logam yang penting untuk industri energi bersih, di antaranya nikel, kobalt, dan mangan. Paska merdeka tahun 1968, penambangan besar-besaran dilakukan di Nauru hingga mengangkat pendapatan negara tersebut.

Namun kini masa kejayaan itu tenggelam. Nauru mengalami penurunan ekonomi secara drastis. Pada tahun 1980-an, negara itu kehabisan cadangan fosfat dan menimbulkan dampak berkepanjangan.

Pada masa-masa inilah Nauru dan penduduknya mulai mengalami serangkaian masalah. Sekitar 50 persen rumah tangga di negara itu bertahan hidup dengan penghasilan rata-rata hanya 9.000 dolar AS per tahun.

Pertambangan fosfat rupanya meninggalkan dampak besar terhadap kerusakan lingkungan. Sekitar 80 persen lahan di pulau itu tak bisa dimanfaatkan, apalagi untuk pertanian. Fosfat telah mengusir bisnis yang sebelumnya mungkin bisa untuk dikembangkan di negara itu.

Nauru kemudian menghadapi situasi peningkatan penggangguran hingga 23 persen pada tahun 2011. Setahun kemudian, demi memicu pertumbuhan ekonomi, pemerintah negara tersebut setuju menjalin kerjasama dengan pemerintah Australia untuk membuka pusat penampungan bagi para pencari suaka,

Sebagai kompensasi atas kerjasama tersebut, negeri Kanguru membayar 312 juta dolar per tahun kepada negara Nauru. Kerjasama penanganan pengungsi itu menjadi suntikan cukup berarti bagi Nauru, karena mampu memberi kontribusi hingga dua per tiga PDB negara.

Kerjasama tersebut mampu meningkatkan pendapatan warga, di satu sisi. Namun di sisi lainnya, negara itu justru menghadapi buruknya kondisi kehidupan para pengungsi, hingga menimbulkan kecaman.

Masalah ini mendorong tercetusnya kesepakatan baru untuk memindahkan kelompok-kelompok pengungsi rentan ke Kamboja dan Amerika Serikat. Dengan begitu pula pendapatan Nauru dari penangnan pengungsi menjadi berkurang.

Seorang pendeta Gereja Jemaat Nauru. James Aingimea merasa prihatin dengan kondisi negaranya. Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar The New York Times, Ia berandai-andai jika saja fosfat tak ditemukan.

“Saya berharap kita tidak pernah menemukan fosfat tersebut. Masa kecil saya sangat indah. Sekarang saya melihat apa yang telah terjadi di sini dan saya ingin menangis," tuturnya.

Eksploitasi sumber daya alam Nauru tanpa didahului dengan analisis dampak lingkungan serta diversifikasi ekonomi membawa negara itu pada keterpurukan. Tadinya Nauru tampak sebagai surga di Pasifik. Namun penambangan fosfat kini mengubah tanah di negara tersebut seperti penampakan bulan.

Daratannya dipenuhi batu kapur yang tidak bisa ditanami, bahkan untuk mendirikan bangunan di atasnya. Mungkinkah negara itu mengalami apa yang disebut sebagai kutukan sumber daya alam?.

Artikel ini telah tayang di www.inews.id dengan judul Kisah Nauru, Salah Satu Negara Terkaya di Dunia yang Kini Jatuh Miskin 

Editor : Mukmin Azis

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut