Ganjar juga masih mengingat orang-orang kecil yang ia temui sepanjang memimpin Jateng, termasuk para pengamen hingga penyapu jalanan di seputar kantor gubernur.
"Semua berjalan dalam sepuluh tahun yang luar biasa. Rasa-rasanya sore ini berat buat saya karena jenengan semua adalah bagian dari saya dan saya adalah bagian dari panjenengan," kata politikus PDI-Perjuangan itu.
Ganjar bercerita perjalanannnya meniti karier sebagai Gubernur tak selalu mulus. Saat berpasangan dengan Heru Sudjatmoko pada periode 2013-2018, ia rutin dibanjiri kritik dan protes dari warga. Begitu pula saat berpasangan dengan Taj Yasin pada periode 2018-2023.
"Saya tidak pernah berduka ketika mendapatkan cacian atau makian karena itu adalah energi saya. Di pintu gerbang itu, sering kali kawan-kawan aktivis, mahasiswa, kawan-kawan buruh, mereka protes. Kadang-kadang pagarnya juga roboh. Itu pun kami terima dengan riang gembira karena kalian masyarakat semua adalah tuanku," tutur Ganjar.
Ganjar mengakui masih banyak pekerjaan rumah yang harus dituntaskan di Jateng. Ia berharap program-program positif yang telah dibangun Pemprov Jateng bisa dilanjutkan oleh penerusnya. Khusus untuk warga Jateng, ia berharap pintu silaturahmi tetap terbuka.
"Bahwa saya, kulo, sederek'e panjenengan (saya saudara Anda). Bahwa kita semuanya bersaudara dan kelak kemudian kita akan berjumpa di suasana yang selalu bersemangat dan kita akan selalu saling melangkahkan kaki bersama," tandas Ganjar.
Editor : Mukmin Azis